Profil


Bayang-Bayang Ilustrasi Kehidupan

seniman kecil, sastra berduri indonesia
Bagi saya, kehidupan ini bagaikan sebuah ilustrasi di mana jagat semesta alam ini hanya menempatkan diri manusia sebagai seorang seniman kehidupan yang melukiskan segala ide, hasrat mau pun mimpi dan keinginannya di atas kanvas kosong. Seperti kata seorang filsuf, "Cogito Ergo Sum" (Rene Descartes) Maka dengan anugerah terbesar yang diberikan Sang Pencipta kepada manusia sehingga manusia dapat meggoreskan pena kehidupannya sebaik mungkin. Kesempurnaan untuk ukuran seorang hamba, yakni dengan memiliki nilai (dalam setiap langkah hidupnya) setinggi mungkin.

Karena itu, saya menyadari bahwa apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada saya berupa akal dan pikiran yang membuat saya harus menyelamatkan dan mempertahankan hidup hingga mencapai taraf yang sebaik mungkin. Bayang-bayang diri yang tercermin ke dalam ide, sebenarnya telah nampak sebelum seorang manusia melihatnya. Itulah hakikat manusia, yang dengan akal dan pikirannya sehingga mampu membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk dirinya sendiri.

Rene Descartes mengajarkan bahwa di dalam dirinya (setiap diri manusia) terdapat 3 (tiga) "idea bawaan" (innate ideas) yang ada sejak lahir, yaitu:

1). PEMIKIRAN: Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, (dan) harus diterima juga bahwa pemikiran itu merupakan hakekat saya.

2). ALLAH sebagai wujud yang sama sekali sempurna, karena saya mempunyai idea "sempurna", dan mesti ada suatu "penyebab" sempurna idea ini, karena "akibat" tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak bisa lain kecuali Allah.

3). KELUASAN: Saya mengerti materi sebagai keluasan atas extention, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Akhir kata, semoga dengan sarana blog ini (media internet) saya mampu belajar banyak tentang apa pun dengan sudut pandang yang positif, terutama belajar "menyapa" khalayak dunia maya agar semakin memperkuat ikatan silaturahmi serta yang paling utama antar sesama warga negara Indonesia agar semakin tercipta kekuhuan rasa persatuan sebangsa dan senegara demi tanah air tercinta, Republik Indonesia.

Jika engkau ditanya berapa besar jumlahmu maka jawablah bahwa kami hanya satu. Satu bangsa, bangsa Indonesia!” Demikian ajaran Sang Arsitektur Persatuan Bangsa Indonesia, Soekarno.


Terima kasih,
Salam Sastra, Salam Rakyat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar